Jawa Pos

Waspadai Genangan Air

JANUARI–Maret diprediksi menjadi puncak kasus demam berdarah dengue (DBD). Pemkot melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya pun mewaspadai peningkatan kasus. Peran kader kesehatan di tingkat yang paling bawah di RT/RW terus dimaksimalkan.

”Kami siagakan seluruh fasilitas kesehatan (faskes), mulai rumah sakit hingga puskesmas,’’ kata Kadinkes Kota Surabaya Nanik Sukristina kemarin (18/1).

Dia menyampaikan, puncak kasus DBD pada Januari merupakan siklus tahunan. Sebab, saat ini curah hujan sedang tinggi-tingginya. Itu berpengaruh pada banyaknya titik genangan yang memicu timbulnya sarang nyamuk. ”Ini jadi faktor peningkatan kasus,’’ papar Nanik.

Selama Januari ini, jelas dia, dinkes mendeteksi delapan kasus yang terkonfirmasi DBD. Para pasien itu sedang dirawat di rumah sakit. Dinkes pun melakukan respons cepat. Pihaknya aktif berkoordinasi dengan seluruh faskes di Kota Pahlawan. Mereka diminta tanggap jika menemukan warga demam dengan gejala yang menyerupai DBD. ”Kami berharap tidak muncul lonjakan. Sebab, selama Januari tahun lalu ditemukan sebanyak sembilan kasus DB,’’ jelas Nanik.

Dinkes akan mengoptimalkan peran kader kesehatan. Mereka diminta aktif melakukan pemantauan di lingkungan warga sekitar

Apabila terdapat laporan yang terduga DBD di wilayahnya, kader jumantik akan langsung berkoordinasi dengan puskesmas setempat. Ketika ditemukan warga demam tinggi, harus segera dilakukan pemeriksaan ke faskes terdekat. ’’Jangan sampai terlambat. Semua faskes juga sudah siap siaga,’’ imbuh Nanik.

Dinkes juga memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya upaya pencegahan melalui pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Juga mengampanyekan 3M plus: yaitu menutup, menguras, dan mengubur. Selain itu, para kader kesehatan tersebut melakukan surveilans berbasis masyarakat. ”Kami minta warga mewaspadai genangan air,’’ jelasnya.

Dalam penanggulangan DBD, dinkes juga bekerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi. Termasuk Universitas Airlangga (Unair). Untuk setiap kasus yang terkonfirmasi positif DBD, pakar melakukan penyelidikan epidemiologi. Tujuannya, memutus mata rantai penularan dalam waktu kurang dari 2 x 24 jam sejak laporan pertama.

Selain itu, dinkes aktif membagikan bubuk larvasida abate kepada masyarakat. Bubuk tersebut ditaburkan ke genangan air untuk memberantas jentik di tempat penampungan air yang sulit dikuras. Cara itu efektif mencegah berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti.

METROPOLIS

id-id

2022-01-19T08:00:00.0000000Z

2022-01-19T08:00:00.0000000Z

https://jawapos.pressreader.com/article/282282438670353

Jawa Pos