Jawa Pos

Aryani Widagdo, Fashion Educationist yang Tetap Aktif Selama Pandemi

Konsisten Sharing tentang Zero Waste Fashion

SURABAYA – Sebagai fashion educationist yang sudah banyak dikenal dan puluhan tahun malang melintang di dunia fashion, sosok Aryani Widagdo memang inspiratif. Selain tekun dan disiplin, dia juga konsisten pada bidang yang digeluti. Menginjak usia 73 tahun, dia masih terlibat dalam banyak seminar maupun talk show yang dilakukan secara daring selama pandemi.

Aryani membuka kursus sejak sebelum pandemi. Dia mengungkapkan, muridnya pun dari tahun ke tahun semakin banyak karena dirinya juga rajin menulis. ”Kenapa sampai sekarang masih terus berbagi ilmu? Karena saya ini lembaga mandiri.Semuabiayarisetdansebagainya dari kantong pribadi. Kalau tidak saya bagikan, akan hilang begitu saja saat sudah kembali kepada Pencipta,’’ ungkapnya saat berbincang dengan

Jawa Pos kemarin (18/1).

Aryani ingin orang lain merasakan manfaat dari apa yang sudah dia dapatkan selama ini. Dia juga tetap konsisten menggencarkan ilmu,

skill, sekaligus pengetahuan mengenai zero waste fashion. Mulai teori hingga praktik menjahit baju. Dengan prinsip satu lembar kain terpakai semua, tanpa ada sisa sama sekali.

Perempuan yang juga former owner Arva School of Fashion itu mengisahkan, dirinya awal mengetahui konsep zero waste fashion dari lembar fotokopian yang diberikan oleh salah seorang teman dosen yang mengajar di Universitas Ciputra (UC). Saat itu enam tahun lalu, Aryani mengira bahwa teknik yang dipakai kemungkinan adalah teknik menjahit yang dipepet-pepetkan sehingga tidak banyak perca yang tersisa.

”Zero waste fashion adalah sebuah cara berpikir baru tentang pola. Dicocokcocokkan seperti puzzle dan hasilnya selalu kotak tanpa sisa. Saya beli buku, saya pelajari lagi, dan semakin tertarik. Terlebih ada kaitannya dengan gerakan sustainability yang pada saat itu orang mulai sadar untuk bagaimana tidak menambah beban sampah tekstil di bumi,’’ terangnya.

Dia menambahkan, dunia fashion

merupakan pencemar lingkungan nomor 2 di dunia. Terlebih industri fast fashion di outlet-outlet besar dan terkemuka yang menghasilkan banyak limbah tekstil dalam proses produksinya. ”Jadi, luar biasa sekali dosanya orang fashion

itu. Apalagi orang beli baju berlebihan, tidak menunggu baju lama rusak, sudah beli yang baru, buang yang lama. Padahal, menjaga bumi dengan langit, udara, dan laut yang bersih adalah tugas kita bersama,’’ imbuhnya.

METROPOLIS

id-id

2022-01-19T08:00:00.0000000Z

2022-01-19T08:00:00.0000000Z

https://jawapos.pressreader.com/article/282295323572241

Jawa Pos